Rabu, 16 Maret 2011

PURA ADALAH TEMPAT LELUHUR

Pura Majapahit adalah tempat suci Leluhur Majapahit yang menurut kepercayaan para keturunan Majapahit berfungsi untuk menghubungkan diri dengan Leluhur Majapahit atau Kawitan / Wiwitan Betara-Betari Majapahit dengan Sang Hyang Widi Wasa ( Tuhan Yang Maha Esa ).

1. Pura Majapahit Puri Tegal Badung-Bali adalah Pemujaan “Ratu Mas“ Leluhur Putri yang menurunkan          keturunan Majapahit ( baca sejarah Ratu Mas ) “Predana“                                                  
2. Pura Majapahit Negara-Bali pemujaan Batara Ratu Gede dalem Majapahit adalah pemujaan Leluhur “Purusa“ dan para Leluhur lainnya.
3. Pura Majapahit Puri Jenggala Tulungagung tempat memuja Betara Adwaya Brahma dan Ratu Mas, Leluhur Majapahit Purusa dan Predana.
4. Pura Majapahit Puri Surya Majapahit Trowulan memuja Betara Kawitan Hyang Wisnu Pendiri Majapahit disamping Ratu Mas dan Leluhur lainnya Jadi Pura Majapahit adalah Pura / Kahyangan khusus untuk kelompok keturunan Majapahit, sedang Pura untuk umum pemujaan Hyang Widi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa di Trowulan belum ada dan ini membutuhkan tempat luas 9 ha ( urusan pemerintah ).
Agar tidak terjadi salah tafsir perlu dijelaskan bahwa para leluhur Majaphit / Roh Kawitan sudah disucikan atau sudah menjadi Dewa-Dewi / Betara-Betari. Para leluhur sudah disempurnakan di Aben / di bakar dan dicandikan atau dipuja di Pura di dalam Puri, kalau tempat Pemujaan khusus dan bukan tempat tinggal disebut “Pura Majapahit / Pura Wilatikta“ tapi bila didalam rumah / Puri juga disebut Pura Majaphit tapi dibawah “Puri“/ rumah yang disebut “Wilatikta Pura“ juga Mada Kori Pura ( rumah terakhir Mada ). Jadi “WILATIKTA PURA“ adalah rumahnya Wilatikta / Hyang Suryo, di dalam rumah ada Pura Majapahit tempat pemujaan leluhurnya. Contoh “Pura Mangku Negaran“ di Solo di dalamnya ada masjid karena pemiliknya beragama Islam dan tiap rumah orang Islam ada langgar / musolah / masjid kecilnya juga rumahnya Eyang Suryo / Wilatikta ada tempat ibadahnya, Masjid umum Raden Patah, Vihara umum di Bejijong sedang Pure umum di Trowulan belum ada. Pure Hindu / Kuil Hindu membutuhkan tanah yang luas dan ijin, ini adalah Pemujaan Tuhan Yang Maha Esa, perlu dijelaskan bahwa Pura / Pure adalah tempat Pemujaan Leluhur bukan Kuil Hindu India, contoh :
1. Pura Lempuyang Madya tempat memuja Ratu Pasek untuk keturunan “ Sapta Resi “
2. Pura Dalem Gandamayu Pura pemujaan Sapta Resi
3. Pura Kebon Tubuh Waringin Pemujaan Arya Kota Waringin
4. Pura Agung Sulang Pemujaan Arya Wang Bang / Dayang Manik Angkeran
5. Pura Penataran Sukwati Pemujaan I Dewa Agung Anom Sirikan / Dalem Sukowati
6. Pura Sukangenep Pemujaan Arya Gajah para keturunan Gajah Mada
7. Pura Penculuk Pemujaan Arya Tegeh Kori
8. Pura Pulosari Pemujaan I Dewa Tarukan
9. Pura Tirta Arum Pemujaan Dewi Tirta Arum
10. Pura Anjungan Pemujaan Empu Kamareka
11. Pura Batu Gading / Gaing tempat Dahyang Batu Gaing
12. Pura Penataran Sungging Pemujaan Sungging Purbang Koro
13. Pura Pedarman Arya Bang Sidemen
14. Pura Bujangga Pemujaan Resi Wisnawa
15. Pura Buk Cabe Pemujaan Dah Hyang Niratha
16. Pura Pemujaan Ratu Pasek dari Majapahit
17. Pura Pemujaan Ratu Pande dari Majapahit
18. Pura Pemujaan Ratu Sagenging dari Majapahit
19. Pura Pemujaan Ratu Panyarikan dari Majapahit
20. Pura Dalem Adipati Kresna Kepakisan
21. Pura Pemujaan Arya Apitiyeh dari Majapahit
22. Pura Kyayi Telabah
23. Pura Kyayi Sakahet
24. Pura Dalem Sukowati
25. Pura Mengui Pemujaan Arya Kepakisan
26. Pura Kaba-Kaba Pemujaan Arya Belog, Arya Tan Wi Kan, Arya Tan Da Kan, Arya Kepakisan
27. Pura Arya Kenceng
28. Pura Arya Bakas
29. Pura Kubon Tubuh tempat Arya Koto Waringin
30. Pura Gusti Dauh Panulisan
31. Pura umum Jagat Nata di lapangan Puputan untuk Hyang Widi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa hanya satu “Padma” yang tinggi (Baru di bangun di era Orde Baru)
32. Pura Majapahit GWK Ungasan
33. Pura Ibu Majapahit Jimbaran Setana Dewi Tangan Seribu Manivestasi Leluhur Ibu Majapahit Dewi Yulan Permaisuri Brahmaraja, yang di China disebut Dewi Kwan Im Tangan Seribu atau Jien So Jien Yen Kwan Se Yin Pu Sa, Bali menyebut Ratu Mas Magelung dan Durga/ Parwati Tangan Seribu sebagai Ibu Nusantara Pura adalah tempat leluhur.

jadi jelas di sini Pura adalah tempat Leluhur Majapahit bukan tempat ibadah umum dan masih banyak Pura yang belum di cantumkan, ini jelas Pura-Pura Majapahit lestari di Bali dan para keturunan Majapahit tetap setia memuja Leluhurnya. Orang Islam “Nyekar” Leluhurnya di kuburan, orang Majapahit Nyekar Leluhurnya di rumah yang dibuatkan Candi untuk Rohnya, karena orang mati dibakar abunya dilarung ke laut. Jadi kuburan/makam Leluhur dibuatkan dirumah tapi hanya untuk Rohnya, dan dibuat Patung/Arca/Foto/Pratima Sang Leluhur, orang Islam dilarang digambar/foto/patung, contoh Nabi Muhammad SAW tidak boleh digambar/difoto/dipatungkan, orang Kristen boleh digambar, Contoh di Gereja ada Patung/gambar Jesus, Bunda Maria, Petrus dll. Orang Majapahit dan Cina selalu mematungkan Leluhurnya karena dulu belum ada foto, jadi direlief di batu/Candi. Belakangan orang Islam mulai luwes foto/gambar Wali Songo mulai diperjual belikan, tapi karena masih belum sadar dan sentimen Agama, Patung Leluhur Majapahit banyak di”kepruk” sedang Patung Jendral Sudirman, Patung Gubernur Suryo, Patung-Patung Balanda malah dilestarikan di Kraton Jogya yang juga Islam, tanpa sadar orang Islam kalau ngurus KTP harus bersedia difoto. Jadi di era modern kita harus berpikiran maju tidak anti foto/patung, bahkan di Trowulan banyak pematung yang bisa kaya dari menjual patung Leluhur Majapahit yang dulu di”kepruk”. Semoga penjelasan ini bisa dimengerti agar kita bisa saling menghormati/tidak anti/bermusuhan gara-gara beda Agama/adat/suku dll. (R.SISWORO GAUTAMA).

CANDI / TEMPAT LELUHUR DIBAWAH KEBUDAYAAN BUKAN AGAMA!!! UU.1998 ACARA BUDAYA TANPA IJIN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar